Thursday, October 13, 2011

DI BALIK MOTTO "JANGAN BIARKAN OTAKMU SADAR"

"JANGAN BIARKAN OTAKMU SADAR"...??????







Cerita ini adalah satu dari sekian banyak penyebab terjerumusnya anak manusia ke dalam belenggu narkoba, dan bukan sebagai faktor penentu untuk selalu menyalahkan orangtua ketika seseorang telah menjadi pecandu. Orang bisa menjadi pecandu karena beberapa hal, faktor keluarga dan lingkungan serta pergaulan. Selain itu masih ada faktor lain yang sangat menentukan yaitu pribadi masing-masing orang.
Beberapa bulan lalu, saya berkenalan dengan seorang laki laki yang hampir sebaya, menarik, ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Itulah kesan pertama yang saya dapatkan dari dia. Pertemuan pertama kali di sebuah pusat bedeng kost di sekitar plaju palembang, akhirnya berlanjut menjadi sebuah pertemana yang cukup intenl. Dari awal saya sudah tahu kalau dia merokok, cuma ketika itu, mungkin saya masih bisa merasa sedikit acuh dan tidak terlalu mampermasalahkannya. Pertemuan pertama berlanjut kepertemuan kedua, terus berlanjut lagi hingga pertemuan-pertemuan selanutnya. Singkat cerita, kami mulai berani saling terbuka, dalam artian saling berbagi pengalaman, tukar cerita, saling beri nasehat dan memberi semangat layaknya sahabat karib.
Hingga pada suatu ketika, entah karena mungkin dia sudah tidak tahu harus berbuat apa? Harus bercerita kepada siapa? Atau mungkin karena suatu hal yang saya sendiri tidak tahu apa dan kenapa, suasana pertemuan kami yang biasanya dihiasi dengan gurauan dan saling melempar hinaan, berubah menjadi kaku dan sentimentil. Sambil terisak dia menceritakan bahwa dia sudah cukup lama mengkonsumsi barang laknat yang biasa disebut shabu. Dia ingin berhenti, Cuma tidak tahu harus bagaimana. Dia sendiri tidak merasa yakin apakah mampu lepas dari jerat narkoba yang telah dikonsumsinya selama beberapa tahun ini.
Sebagi anak seorang pengusaha yang hidup berkelebihan secara materi dengan uang saku mencapai Rp. 1,5 juta per minggu (sayang utang nya juga banyak... hehehehe), sangat memungkinkan bagi dia untuk mengkonsumsi “barang setan” tersebut kapanpun dia mau. Dari pertemuan yang sentimentil itu, ia mengaku selama ini tidak pernah merasakan hadirnya sebuah keluarga dalam hidupnya. Bahkan mungkin dia sendiri tidak tahu apa arti dari sebuah keluarga. Sebenarnya dia sadar, yang dibutuhkannya tidak hanya sekedar uang saku yang melimpah namun juga belaian kasih sayang, arahan, bimbingan dan pelukan dari orang tua. Tapi apa mau dikata? Orang tuanya hanya memberikan kepuasan lahiriyah tanpa mempedulikan kepuasan batiniah anak-anaknya. Sehingga dalam kindisi jiwa yang sangat labil karena tertekan kebutuhan kasih sayang dan perhatian, ditambah dengan dukungan materi yang mencukupi, akhhirnya terjerumuslah dia kedalam  suatu kehidupan yang sebenarnya dia sendiri tidak pernah menginginkannya.
Pecandu narkoba bisa lepas dari jeratan barang haram itu hanya dengan dorongan, dukungan dan kasih sayang keluarga. Jika faktor keluarga tidak termasuk didalamnya sebagai terapi paling ampuh, hanya Tuhan yang tahu kisah berikutnya. Karena dalam hati dan keyakinan saya, sebenarnya yang perlu diberi saran dan nasehat adalah kedua orangtuanya. Terjerumusnya dia kedalam pelukan narkoba, lantaran karena tidak adanya perhatian dari orangtuanya, yang seharusnya bisa selalu memberikanhal itu tanpa perlu diminta oleh anak-anaknya. Waktu pun terus berlalu. Entah sekarang dia seperti apa dan bagaimana, saya tidak tahu, Cuma dari dalam hati yang paling dalam saya hanya berharap semoga dia telah mendapat petunjuk-Nya dan bisa keluar dari narkoba.
yang masih saya ingat adalah motto dia.... "JANGAN BIARKAN OTAKMU SADAR"